Pentingnya Pemantauan Gula Darah bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Kelompok kerja yang tergabung dalam Self Monitoring Blood Glucose (SMBG) Working Group (2009) merekomendasikan bahwa Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) akan bermakna jika penyandang DM memiliki pengetahuan dan mendapat pelatihan menggunakan alat atau glukometer. Pemeriksaan gula darah mandiri secara rutin dapat memberikan informasi kepada penyandang DM mengenai evaluasi asupan makanan, latihan jasmani, serta jika ada obat yang digunakan, sehingga kadar gula darah mereka dapat terkendali.
Glukometer adalah alat pemeriksa gula darah yang dapat digunakan secara mandiri oleh penyandang DM namun sifatnya invasif sehingga ada kemungkinan menimbulkan ketidaknyamanan serta harganya masih relatif mahal. Kami mencoba mengedukasi dengan memberikan informasi alat bantu mendeteksi kondisi yang tidak diinginkan yaitu keadaan di mana kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia) dan kadar gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Kedua keadaan ekstrim tersebut sebisa mungkin tidak dialami oleh penyandang DM sehingga mereka harus mampu mendeteksi diri jika kadar glukosa darah < 55 mg/dL (hipoglikemia) dan kadar glukosa darah > 250 mg/dL (krisis hiperglikemia).
Salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang kami jalankan selama 3 bulan ini dengan melibatkan 30 penyandang Diabetes melitus (DM). Kegiatan ini diawali dengan mengundang pasien-pasien DM yang ada di wilayah kerja puskesmas kelurahan Koja Jakarta Utara untuk menghadiri penyuluhan tentang bagaimana mengendalikan kadar gula darah sehingga kualitas hidup mereka meningkat. Di akhir sesi penyuluhan, sebanyak 30 set glukometer dibagikan kepada pasien DM dan sekaligus dibekali bagaimana cara menggunakannya. Selain glukometer, dibagikan pula 10 set alat fotometer kepada 10 pasien DM yang dipilih secara acak. Fotometer ini merupakan metode pengukuran kadar glukosa darah non-invasif yang sifatnya lebih pada membantu (suplementasi) dan bukannya menggantikan (substitusi/alternatif) dari penggunaan alat ukur konvensional (glukometer). Fotometer yang akan digunakan dalam kegiatan ini bekerja pada daerah inframerah dekat (Near infrared, NIR).
Pada pelaksanaannya dalam kurun 3 bulan, terbagi dalam 3 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 penyandang DM. Kelompok pertama memeriksa gula darah puasa 1x dengan glukometer. Kelompok kedua melakukan 1 kali pemeriksaan gula darah puasa dan setelah makan. Kelompok ketiga 1 kali memeriksakan gula darah puasa dan dibantu alat fotometer untuk memperkirakan kadar gula darah. Dari kegiatan ini, alat fotometer belum dapat memperikirakan secara tepat kadar gula darah, tetapi alat ini dapat memperlihatkan kondisi hipoglikemia (GD < 55 mg/dL) dan kondisi krisis hiperglikemia (GD > 250 mg/dL).
Dari evaluasi yang dilakukan terhadap nilai HbA1C dan gula darah puasa harian penyandang DM menunjukkan perubahan HbA1C. Berdasarkan pemantauan gula darah puasa harian didapatkan bahwa kelompok kedua lebih dapat mengendalikan gula darah puasanya dibandingkan dengan kelompok 3. Sedangkan kelompok yang hanya satu kali memeriksakan gula darah dengan glukometer didapatkan hasil yang kurang baik dalam mengendalikan kadar gula darah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan fotometer (non-invasif) dapat membantu pemantauan gula darah mandiri bagi penyandang DM tipe 2.