Peluang usaha daun tin oleh pak Slamet
Tanaman tin tidak hanya bisa dimanfaatkan buahnya saja, tetapi daunnya juga bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Buah tin bisa dimakan, sedangkan daunnya bisa diseduh seperti teh.
Budidaya tanaman tin ini juga banyak dilakukan di Jawa, Salah satunya di perkebunan milik Bapak Slamet dan Desa Panjang Rejo RT 3 RW 20, Palur, Mojolaban, Sukoharjo.
Pak Slamet menuturkan mulai mengenal tanaman tin dan membudidayakan sejak 2015. Saat itu, ia mengenal tanaman asal Timur Tengah itu dari hasil mengikuti workshop. Kemudian keyakinannya untuk mengembangkan tanaman ini semakin kuat setelah mengetahui manfaat pohon tin tersebut.
Ia kemudian membeli satu bibit tanaman tin jenis green yordan, Brown Turki, dan Purple Jordan kemudian menanam sebanyak 100 pohon (kurang lebih). Setelah semakin besar, ia pun mencangkok tanaman tin tersebut dan dijual kembali dengan harga yang beraneka ragam mulai dari Rp75.000 hingga ratusan ribu rupiah per bibit.
“Perawatan tanaman tin ini susah susah gampang. Yang penting tercukupi sinar matahari. Untuk pencangkokan juga hanya butuh sekitar dua pekan sudah ada muncul akarnya,” jelas dia saat ditemui Tokoherbalsolo.com di rumahnya, Kamis (3/8/2017).
Setyo Nugroho, anak dari Pak Slamet menambahkan tidak hanya bibit tanamannya saja yang bisa dijual. Tetapi, daun tanaman tin juga bisa dijual untuk membuat minuman seduh seperti teh.
Permintaan daun tin ini juga sangat tinggi. Setiap bulan hanya bisa menyiapkan daun kering tin sebanyak 10 kg, padahal kebutuhannya mencapai 50 kg per bulan.
Daun tin ini juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal seperti minuman seduh, kosmetik, sabun, dan bahan obat-obatan. Untuk daun tin ini selama ini permintaan paling banyak yaitu di Jawa.
Menurut dia, bisnis budidaya tanaman tin ini sangat menarik dan masih terbuka luas bagi masyarakat. Pengembangan buah tin ini juga dianggap mudah. Saat ini dirinya telah memiliki ratusan tanaman tin dengan belasan jenis.
Selain itu, ia menyulap lahan persawahan untuk dijadikan kebun tanaman tin. Ini untuk memenuhi kebutuhan permintaan industri terhadap daun tin.
Meski demikian, Pak Slamet mengaku belum mengembangkan usahanya itu ke pemanfaatan buah tin. Hal ini karena untuk menunggu buah dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar enam bulan hingga bisa dipanen.
http://Buahtinsolo.blogspot.com
http://www.buahtinsolo.com